Masrura Ram Idjal: Acara Budaya Bangka Barat Belum Dikemas secara Profesional

HEADLINE, PARIWISATA501 Dilihat

BANGKA BARAT — Bakal calon bupati Bangka Barat Masrura Ram Idjal yang turut hadir di Pesta Adat Panggil Suku Ketapik, Desa Kacung, Minggu ( 23/6/2024 ) mengaku terkesan setelah melihat langsung berbagai kegiatan pada kegiatan budaya tersebut.

Namun wanita yang sudah berpengalaman di bidang pariwisata ini menilai acara adat budaya yang bagus tersebut belum dikemas secara profesional.

“Luar biasa, artinya Bangka Barat ini sangat penuh dengan adat istiadat yang mempunyai kelas sebenarnya. Tetapi memang hari ini kita belum melihat adat istiadat budaya kita itu dikemas secara profesional dan dipromosikan secara nasional dan internasional,” kata Masrura saat ditemui di kediaman bakal calon wakil bupati Bangka Barat Izkar, Minggu ( 23/6 ).

Hal itu tegas dia menjadi pekerjaan rumah pemda setempat agar bisa mengembangkan lagi acara adat istiadat yang ada agar “naik kelas” dan tidak hanya dikenal masyarakat lokal saja.

Apalagi setiap daerah di Bangka Barat memiliki kekhasan sendiri yang berbeda dengan daerah lainnya. Dia berharap bila dikemas dan dipromosikan lebih baik lagi, acara seperti ini bisa mendatangkan lebih banyak pengunjung.

“Yang seperti ini khasnya kepunyaan orang Kacung lah, di tempat lain nggak ada, di Mentok pun nggak ada. Artinya kan itu miliknya Bangka Barat. Dan karena ini sebuah warisan budaya Bangka Barat harus maksimal dipromosikan. Dan Insya Allah mudah – mudahan ke depan nanti kita bisa promosikan dan bisa mendatangkan lebih banyak orang,” katanya.

“Jadi nanti kita jangan kalah, kalau nanti ke depan orang – orang luar Bangka Barat orang – orang bule untuk meliput karena ini luar biasa,” imbuhnya.


Masrura mencontohkan desa wisata yang telah sukses dari sisi pengelolaan pariwisatanya bahkan telah mengantongi anugerah desa wisata nasional.

“Setiap daerah itu kan pasti beda – beda karena kan maksud dan tujuannya beda. Suku bangsa di Indonesia ini kan berbeda – beda juga,” imbuhnya.

“Kalau kita lihat di beberapa desa wisata yang sudah menang anugerah desa wisata nasional itu memang mereka sudah mengemas secara baik. Tetapi untuk mengemas secara baik itu kan masyarakat yang dilibatkan,” tegasnya.

Maka menurut dia yang perlu dilakukan adalah pengembangan community based tourism atau pariwisata berbasis masyarakat. Di sini masyarakat sebagai pelaku, sedangkan peran pemerintah daerah hanya mendorong saja.

“Jadi masyarakat dilibatkan hasilnya pun buat masyarakat. Pemerintah hanya mendorong. Jadi jangan sampai pariwisata maju masyarakat hanya kebagian remah – remah, yang menikmati pengusaha yang punya uang. Jangan sampai seperti itu. Jadi kita kembangkan community based tourism, pariwisata berbasis masyarakat,” cetus dia. ( SK )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *