Muntok — Tidak dapat dipungkiri, masih ada sebagian masyarakat merasa acuh dan tidak perduli dengan Pemilu maupun Pilkada. Mereka merasa siapapun yang menjadi pemimpin tidak akan merubah nasib mereka. Tipe orang seperti ini biasa disebut pemilih apatis.
Di setiap Pemilu maupun Pilkada, pemilih apatis menjadi sasaran empuk politik uang, karena mereka kerap menjual suaranya. Mereka bersedia datang ke TPS untuk mencoblos bila dibayar oleh salah satu pasangan calon ( Paslon ).
Menurut Ketua KPU Bangka Barat, Pardi,
penyebab timbulnya pemilih apatis yaitu kurangnya sosialisasi dari penyelenggara dan Paslon peserta Pilkada.
” Karena apa? Informasi tidak sampai. Informasi dari penyelenggara Pemilu bahwa ada Pemilu nggak nyampai, informasi dari Paslon nggak nyampai juga,” ujar Pardi dalam acara Talk Show
” Ciptakan Pilkada Damai di Kabupaten Bangka Barat ” Polres Bangka Barat di Radio Duta, Muntok, Jum’at ( 4/12/2020 ) malam.
Menurut Pardi, seharusnya Paslon dan partai politik mempunyai kewajiban juga untuk memperkenalkan diri serta menyerap aspirasi dan keinginan para pemilih apatis.
“Saya yakin banyak yang tertarik sebenarnya kalau memang Paslon itu sampai ke ceruk – ceruk itu. Tapi kalau nggak sampai ya itu tadi. Ini ada PR bersama,” imbuhnya.
Karena itu lanjut dia, pihaknya menggelar debat publik hingga dua sesi dan disiarkan secara live di media elektronik dan media sosial. Tujuannya, untuk memperkenalkan para calon pemimpin berikut visi, misi serta kualitas mereka kepada masyarakat. Harapannya, masyarakat jadi tertarik datang ke TPS untuk menggunakan hak pilihnya.
” Ayo ikak ( kalian ) saksikan ramai – ramai, jangan sampai apatis, jangan sampai salah pilih. Tentukan, karena kalian bisa melihat, kita kan bisa melihat nih dari debat publik, bagaimana visi misinya, kualitas pemimpin kita,” katanya. ( SK )