Muntok ( Radio Duta ) – Angka penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) tahun 2018 di Kabupaten Bangka Barat meningkat lebih dari 100%. Kenaikan drastis angka penyakit berbahaya ini menempatkan Kabupaten Bangka Barat sebagai kabupaten dengan kasus DBD tertinggi di Bangka Belitung.
Hal itu tidak dipungkiri Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Barat, Drg. Achmad Syaifuddin. Dia juga membenarkan ada dua orang penderita DBD yang meninggal dunia baru – baru ini.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Barat pun segera mengambil langkah – langkah pencegahan. Achmad sangat mengharapkan kesadaran dan peran masyarakat untuk menghadapi bahaya DBD ini.
” Penanggulangannya harus segera dilakukan 3 M, mengubur, menguras dan menutup. Itu bisa mencegah perkembangan nyamuk Aedes Aegypti
agar perkembangannya tidak terlampau banyak. Dalam hal ini saya sangat mengharapkan peran masyarakat juga, itu penting sekali,” jelas Achmad Syaifuddin usai acara Deklarasi ODF di Kantor Camat Muntok, Kamis ( 20/12/2018 ) pagi.
Achmad menambahkan, masyarakat berperan penting sebagai Jumantik ( Juru Pemantau Jentik Nyamuk ) untuk setiap rumah di Kelurahan. Jika ini bisa berjalan baik, persoalan DBD akan dapat diselesaikan. Dia menyebutkan beberapa faktor penyebab naiknya kasus DBD di Bangka Barat.
” Peningkatan kasus DBD ini salah satunya disebabkan oleh faktor cuaca yang akhir-akhir ini susah diprediksi. Namun hal tersebut tidak bisa dijadikan alasan. Lemahnya kewaspadaan dalam mendeteksi dini kasus DBD merupakan penyebab utama,” tandasnya.
Penyebab lain kata Achmad, surveilans belum berfungsi optimal. Oleh karena itu ke depan, Dinkes akan mencoba untuk membandingkan deteksi kasus ini dengan tahun-tahun sebelumnya, agar pola perkembangan penyakit DBD bisa atasi, mulai dari pemantauan jentik dan berbagai peran serta masyarakat dalam kewaspadaan DBD ini.
Achmad tidak menampik masalah DBD tahun ini memang lebih parah dari tahun 2017 lalu, apalagi ada dua penderita di Kecamatan Muntok yang meninggal dunia. Hal itu membuat persoalan DBD ini menjadi kasus yang luar biasa.
” Memang selama ini setelah ada kasus (meninggal dunia -red ) baru kita lakukan Penyelidikan Epidemiologi, baru kita lakukan foging. Sebenarnya foging ini bukan untuk memecahkan masalah, tapi untuk mengatasi penyebaran penyakit ini lebih cepat, sasarannya adalah nyamuk dewasa,” jelas Achmad.
Dia juga mengakui jika langkah pencegahan yang dilakukan Dinas Kesehatan memang masih kurang. Namun pihaknya akan terus berusaha mempromosikan tentang kesehatan kepada masyarakat.
” Kurang maksimal saya mengakui itu, tapi usaha-usaha itu sudah kita lakukan, kurang maksimal betul, kita mencoba nanti lebih banyak peran promosi kesehatan untuk melakukan bersama-sama dengan masyarakat, pertama masyarakat harus paham, kalau tidak paham tentu usaha nya tidak akan nyambung,” pungkasnya. ( SK )