Muntok — Di tengah kekhawatiran masuknya virus Corona ke Bangka Barat, ratusan warga Dusun Selindung, Desa Air Putih Kecamatan Muntok Kabupaten Bangka Barat diresahkan dengan semakin maraknya para pendatang yang terus bermunculan di dusun mereka.
Keresahan warga tersebut tertuang dalam surat yang ditandatangani ratusan warga tanggal 16 Maret 2020 yang isinya menyatakan ” Masyarakat tidak menyetujui pemukiman/kamp warung TI Apung di Pantai Si Babe Selindung”.
Menurut Muhammad Fuad, salah seorang nelayan Dusun Selindung, surat tersebut ditandatangani 95 persen warga yang menginginkan TI Apung dan camp yang ada agar dibubarkan.
Dia menuturkan, pihak desa hanya membuat spanduk yang isinya menghimbau semua aktivitas di Pantai Si Babe Selindung sampai tanggal 31 Maret 2020 agar dihentikan, namun hingga kini camp para pendatang masih ada, bahkan kian bertambah.
Merasa laporannya tidak ada tindak lanjut dari pihak desa, lima orang perwakilan warga Dusun Selindung mengadu kepada Bupati Bangka Barat, Markus, SH.
Lima orang warga tersebut diterima Markus di ruang pertemuan Bupati.
” Pada dasarnya ingin itu dibubarkan. Kami sudah melapor ke Kadus, Kades dan Babhinkamtibmas tanggal 16 Maret 2020, tapi sampai sekarang belum ada respon,” ujar Muhammad Fuad di Kantor Bupati Bangka Barat, Jum’at ( 3/4/2020 ) siang.
Hal senada juga diungkapkan Toni, warga Desa Air Putih. Menurutnya, keberadaan TI Apung memang meresahkan warga.
Disamping tidak ada keuntungan apapun untuk warga, para pendatang terus bertambah. Bahkan, gesekan – gesekan antara para pendatang dengan warga telah terasa. Apalagi di tengah ancaman virus Corona, kekhawatiran warga semakin menjadi.
” Pernah ribut tapi nggak besar. Itu kan mengganggu nelayan, lah meresahkan dan tidak menguntungkan warga. Mana pendatang datang terus, lewat laut lewat darat lah diorang ( mereka ) tu. Diorang kan punye speed sendiri juga, tahu la orang – orang luar kan,” jelasnya.
Toni khawatir bila terus dibiarkan akan terjadi hal – hal yang tidak diinginkan, apalagi pada tahun 2019 di TI Apung tersebut pernah terjadi kasus kepemilikan senjata api ( senpi ).
” Senpi kan ada tahun kemarin. Mereka itu dari Toboali yang banyak, misalnya disana besar gelombang mereka kesini,” tukasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Air Putih belum dapat dikonfirmasi karena nomor handphonenya tidak aktif. ( SK )