Markus dan Erzaldi Dapat Beras Kunyit

Kelapa – Kehadiran Bupati Bangka Barat, Markus, SH dan Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Erzaldi Rosman pada acara Pesta Adat Suku Ketapik di Desa Kacung, Kecamatan Kelapa, Kabupaten Bangka Barat, pada Minggu, ( 18/8/2019 ), disambut meriah oleh warga setempat.

Kedua orang penting tersebut naik miniatur Rumah Adat Suku Ketapik yang digiring dua orang pemangku adat setempat dengan mengendarai sepeda ontel.

Tak ketinggalan, beras kunyit sebagai salah satu ciri khas arak – arakan dihamburkan oleh warga yang berdiri di sepanjang jalan perkampungan Desa Kacung yang berakhir di Masjid Nurul Islam.

Pesta Adat Desa Ketapik ini telah berusia 73 tahun. Menurut warga setempat, acara adat ini dilaksanakan kali pertama tahun 1946. Tradisi ini terus dilestarikan secara turun temurun hingga ke masa kini.

Bupati Bangka Barat Markus, SH, mengungkapkan apresiasinya terhadap kegiatan adat ini. Dia mengatakan, pesta adat ini harus terus dijaga dan dilestarikan agar ke depan bisa semakin dikenal publik dan menjadi daya tarik wisatawan.

” Pesta adat Suku Ketapik ini merupakan warisan budaya nenek moyang dari Suku Ketapik di Desa Kacung dan dirayakan setelah Idul Adha. Ini warisan budaya yang juga menjadi kekayaan di Bangka Barat. Semoga pesta adat ini terus dilestarikan selain sebagai ajang silaturahmi antar warga, juga sebagai tujuan wisata budaya untuk lebih dikenal di Indonesia,” ucap Markus.

Tak jauh berbeda dengan Markus, Gubernur Provinsi Babel, Erzaldi Rosman juga menyampaikan apresiasinya atas jerih payah warga setempat melestarikan acara adat ini. Dia berharap, tradisi ini dapat terus dilestarikan, selain sebagai kearifan lokal juga menarik sebanyak mungkin wisatawan berkunjung ke Babel.

Di kesempatan yang sama, Kepala Desa Kacung, Suhardi menjelaskan, pesta adat suku Ketapik ini merupakan ekspresi kegembiraan warga karena putra-putri mereka berhasil menyelesaikan salah satu tahap pelajaran agama Islam yakni fasih membaca Al Quran.

” Tahun ini ada 10 orang yang khatam Al Qur’an. Pesta ini juga jadi ajang pertemuan warga. Kalau orang tua dulu merayakannya secara terpisah, ada yang di kebun dan lainnya, sekarang seluruh masyarakat dari mana-mana datang bersilaturahmi. Semoga ke depan pesta adat ini bisa menjadi wisata budaya seperti yang dikatakan Pak Bupati Markus,” ujar Suhardi. ( SK )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *