Muntok — Selama ini, ikan buntal kerap kali dianggap sebagai ikan yang tidak berguna. Penyebabnya, ikan ini tidak dapat dikonsumsi karena dagingnya yang beracun, sehingga ikan buntal dibuang begitu saja oleh nelayan.
Namun, tidak demikian dengan masyarakat nelayan Desa Rambat Kecamatan Simpang Teritip. Ikan yang katanya tidak berguna tersebut oleh mereka diambil kulitnya untuk dibuat topi ” nyentrik ” dan dijual dengan harga cukup fantastis.
” Kisaran harga Rp. 300 ribu, kemarin ada juga yang nawar. Topi ini sudah laku sekitar dua sampai tiga buah,” ujar Operator Sekolah Desa Rambat SDN 9 Simpang Teritip, Suwendi Susandi kepada kabarbangka.com saat ditemui di stand sekolah SDN 9 Kecamatan Simpang Teritip pada acara Gebyar Pendidikan Kabupaten Bangka Barat di SMPN 1 Muntok, Senin ( 16/12/2019 ) pagi.
Suwendi menuturkan, memang proses pembutan topi ikan buntal ini agak rumit, tapi menyenangkan. Langkah awalnya, ikan buntal dikuliti terlebih dahulu, setelah itu kulitnya direndam dengan cuka untuk menghilangkan bau amis.
” Setelah itu dibentuk topi, mangkuk, peci, topinya sesuai ukuran kepala. Setelah dibentuk, baru dijemur,” ungkapnya.
Menjemurnya pun kata dia tidak boleh sembarangan, kulit ikan yang sudah berbentuk topi itu harus dibalik agar ekornya tidak bengkok. Proses terakhir, setelah divarnish, topi yang sudah kering disemprot parfum agar harum.
” Idenya awal untuk membuat topi ini liat – liat di internet, karena ikan ini kan selama ini hanya untuk pupuk, terus kulitnya dibuang karena kulit ikan ini kan keras. Kalau untuk pupuk itu kan yang dipakai dagingnya,” beber Suwendi.
Menurut dia, bila dipakai oleh orang yang teliti, topi ini tidak akan cepat rusak. Namun karena terbuat dari kulit ikan tidak boleh terkena air atau terlalu basah, karena air akan membuat topi yang semula keras menjadi lunak.
” Daya tahannya ya bisa tahunan lah, tergantung pemakainya,” katanya.
Hingga saat ini, masyarakat nelayan Desa Rambat telah membuat belasan topi dari kulit ikan buntal. Kata Suwendi, bila bahannya ada, topi ini akan terus diproduksi.
” Rencananya selama bahan masih dapat, kita produksi lagi. Kita terus menerus menawarkan dan ikut pameran. Kalau jenis topi besar dibuat dari ikan buntal seberat 3 kg, kalau topinya ukuran biasa dari ikan seberat 2 kg,” tutupnya. ( SK )