Kecantikan Bangunan Lama di Muntok Diincar Arsitek Vernadoc

Muntok – Kecantikan dan keunikan bangunan lama di kota Muntok kembali mengundang Vernacular Documenter ( Vernadoc ) Indonesia datang berkunjung. Rombongan para peneliti, dosen dan mahasiswa ini akan berada di Muntok hingga tanggal 27 Juli 2019 mendatang.

Kehadiran para pakar dari jaringan arsitektur dan mahasiswa dalam dan luar negeri yang dipimpin Prof. Kiemas Ridwan Kurniawan ini pun disambut baik Pemerintah Kabupaten Bangka Barat dengan menggelar acara Dinner Vernacular Documenter di rumah dinas Bupati Bangka Barat di Muntok, Minggu ( 14/7/2019 ) malam.

Bupati Bangka Barat, Markus, SH, mengucapkan terima kasih kepada Prof. Kiemas Ridwan Kurniawan yang telah membawa timnya mengunjungi kota Muntok.

” Ini luar biasa, Pak Kiemas ingin memperkenalkan Bangka Barat ini, karena memang sebagai kota tua, Muntok ini sebenarnya sudah dikenal dari dulu dan kita sudah masuk sebagai jaringan kota pusaka Indonesia,” kata Markus saat dalam sambutannya.

Makrus berkeinginan kota Muntok bisa seperti kota Sawah Lunto di Sumatera Barat yang kini telah menjadi UNESCO World Heritage, apalagi di Muntok terdapat Bukit Menumbing sebagai salah satu peninggalan sejarah yang telah cukup terkenal.

” Tapi ini memang perjuangannya nggak mudah kalau mau masuk UNESCO. Saya dengar Sawah Lunto itu lama bisa masuk kesana,” ujar Markus.

Dikesempatan yang sama, Koordinator Vernadoc Indonesia, Prof. Kiemas Ridwan Kurniawan mamaparkan, tujuan mereka datang ke Muntok adalah pendokumentasian bangunan – bangunan vernaculer.

” Dalam bahasa mudahnya, asitektur tradisional. Seperti kita ketahui, Muntok menyimpan kekayaan yang luar biasa, dari hasil timah lada yang kemudian berbuah pada munculnya kota – kota yang ada diseluruh Bangka, salah satunya adalah Muntok yang berkat kekakayaan sumber daya alamnya menjadi salah satu unggulan atau kota awal berdirinya Bangka, khususnya periode Kesultanan Palembang,” kata Kiemas.

Kiemas melihat, kota Muntok pada masa lalu adalah kota yang sangat penting. Kota Muntok banyak menyimpan keanehan dan keunikan, meskipun terlihat biasa.

” Kadang kala kita melihat apa yang ada di kota kita ini seperti biasa, tapi aneh, dalam artian strange be familiar, sesuatu yang akrab sehari – hari tapi aneh, koq kayak unik begitu,”tukasnya.

Keunikan dan keanehan itu kata Kiemas yakni adanya kluster Eropa, Melayu, Cina dan Arab. Hal itulah yang akan mereka garap.

” Mudah – mudahan nanti Pak Bupati, zonasi dari kawasan kluster Eropa ini bisa segera tuntas kita SK- kan, sehingga kita bisa seperti keinginan Pak Bupati tadi, mengangkat Muntok menjadi salah satu UNESCO World Heritage, bisa terpenuhi,” tandas Kiemas.

Di lain pihak, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Suwito mengatakan, rombongan Vernadoc yang datang ke Muntok tahun ini jumlahnya lebih banyak dari tahun kemarin. Bila tahun lalu, Vernadoc mendokumentasikan rumah Melayu, tahun ini mereka akan mendokumentasikan bangunan Eropa.

” Vernadoc sudah dua kali ke Muntok, tahun kemaren mereka menggambar rumah melayu, tahun kemaren 13 orang tahun ini lebih besar lagi, 32 orang.terdiri dari dari mahasiswa, peneliti dan dosen dari beberapa perguruan tinggi di Jakarta diantaranya, UI, Guna Dharma, termasuk dari Thailand 9 orang,” paparnya.

Lebih lanjut Suwito mengatakan, Vernadoc akan mendokumentasikan dan menggambar bangunan lama dan kuno di Bangka Barat, khususnya kota Muntok dengan maksud menjaga keaslian bentuk atau arsitektur asli bangunan agar telah terdokumentasi dengan baik bila ada renovasi ataupun perbaikan. ( SK )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *