BANGKA BARAT — Pariwisata Bangka Barat harus berani membidik target lebih luas, tidak hanya melirik potensi pasar lokal saja yang notabene tidak memiliki daya beli mumpuni.
Menurut CEO & Founder Rabbani Tour, Dr Hj Masrura Ram Idjal SE, MBA, MSc, bila pariwisata Bangka Barat hanya mengharapkan wisatawan lokal, maka akan sulit untuk berkembang.
Salah satu contohnya, kedatangan warga negara Australia ke Kecamatan Mentok dalam rangka peringatan Perang Dunia II. Hal ini menurut Masrura adalah sebuah potensi yang dapat dikembangkan lebih lanjut.
“Kita berharap kemarin saya dengar di Bangka Barat ada acara peringatan Perang Dunia II, tentang turis-turis dari Australia. Nah gimana coba, orang-orang Australia datang, dia spend duit, dia belanja, nginap di hotel,” ujar Masrura, Jum’at ( 5/4/24 ).
“Jadi, kalau hanya mengharapkan orang Bangka Barat saja yang datang ke destinasi maka nggak bisa berkembang. Karena, kita tahu kemampuan masyarakat di Bangka Barat. Kita harus mendatangkan orang dari daerah lain dari negara lain untuk datang ke Bangka Barat, baru kita bisa berkembang, ” imbuhnya.
Menurut dia, ketika wisatawan dari provinsi lain atau bahkan luar negeri datang ke Bangka Barat dan mereka berbelanja, menginap di hotel dan lain – lain, di situ lah perekonomian daerah setempat bergerak. Apalagi mereka siap menghabiskan uangnya.
“Makanya kita harus mendatangkan orang dari luar untuk meningkatkan daya beli karena mereka punya duit. Mereka bisa spend. Kalau orang kita hanya segitu segitu aja, makanya nggak berkembang,” tukas dia.
Namun untuk mendatangkan wisatawan luar bukan hal mudah. Menurut wanita kelahiran Mentok yang kini tinggal di Bandung ini, masyarakat harus disiapkan dan diedukasi mengenai pariwisata.
Hal lainnya, destinasi wisata harus siap menyajikan atraksi, bukan hanya tempat untuk dilihat – lihat dan pengunjung bosan sehingga cepat pulang dan tidak pernah datang lagi.
“Kalau bicara pariwisata harus ada tempat atraksi bukan hanya untuk dilihat, oke Mentok ini bagus Tanjung Kalian bagus, tapi tidak ada aktivitas. Makanya perlu ditampilkan atraksi,” cetus dia.
Bahkan menurut Masrura, selain Bukit Menumbing memang sudah memiliki potensi untuk dikembangkan, proses peleburan timah di Unmet Mentok pun bisa dijadikan wisata industri karena hal itu menarik dan banyak orang ingin mengetahuinya.
“Atau seperti tarian dan kebudayaan upacara adat perang ketupat di Tempilang. Nah hal – hal seperti itu atraksi, orang datang karena menarik,” ujarnya.
Di samping itu menurut Ketua Bidang Litbang dan SDM di DPP Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia ( ASITA ) ini, Bangka Belitung belum memiliki tourism road map atau peta rute pariwisata.
Padahal peta itu penting untuk memandu wisatawan atau pengunjung dari luar daerah ketika bertandang ke Bangka Belitung.
“Misalnya saya dari Jakarta datang ke Pangkalpinang, hari pertama saya mau kemana? Lihat apa? Hari kedua saya mau kemana liat apa?,” katanya.
Tourism road map itu menurutnya harus dibuat oleh pemerintah provinsi, sedangkan kabupaten/kota harus terintegrasi sebagai bagian dari provinsi itu.
“Kayaknya itu harus segera karena kita nggak bisa hanya kita aja yang ngembangin Bangka Barat. Karena harus terintegrasi dengan Pangkalpinang karena airport di sana. Kita harus punya tourism road map yang dibuat oleh pemprov, di mana Bangka Barat dan kabupaten/kota lainnya bagian dari situ,” tutup Masrura. ( SK )