Harga dan Distribusi MinyaKita “Digoreng ” Hingga Mahal dan Sulit Ditemukan

BANGKA BARAT — MinyaKita di Kecamatan Muntok dan sekitarnya hilang dari pasaran. Bahkan minyak goreng murah bersubsidi itu sudah sebulan ini lenyap. Kalaupun ada, harganya sudah di atas Harga Eceran Tertinggi ( HET ).

Menurut Santi dari Toko Apen Kampung Jawa, Jalan Jenderal Sudirman, Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat, sudah kurang lebih sebulan terakhir ini MinyaKita menghilang.

“MinyaKita lebih dari sebulan ilang. Kita ngambil dari agen Pangkalpinang biasanya. Harganya Rp14.000. Nggak tahu apa sebabnya hilang, mungkin dari agen pusat hilangnya,” ujar Santi saat ditemui di tokonya, Sabtu ( 11/2/2023 ).

Menurut dia MinyaKita banyak diminati konsumen, namun karena langka maka pembeli banyak beralih ke minyak goreng Fortune, namun harga Fortune pun melambung mencapai angka Rp17.000 per liter.

“Kalau Fortune ada, harganya Rp17.000 per liter. Kita ada kemasan 1 liter dan 2 liter,” tuturnya.

Keterangan berbeda disampaikan Didi dari Toko Aliong yang letaknya berdampingan denga Toko Apen di Jalan Jenderal Sudirman. Menurut Didi MinyaKita sempat muncul sekitar seminggu lalu, namun jumlahnya terbatas. Itu pun harganya sudah di atas HET.

“Seminggu lalu sempat ada 10 dus isi 12 kemasan 1 liter. Tapi harga nggak subsidi lagi, kita jual Rp16.000 per liter langsung habis. Sekarang nggak ada lagi,” ujarnya.

Hal senada juga dikatakan Siska dari Toko Siska di kawasan Pasar Muntok. Menurut dia MinyaKita sempat muncul sebentar. Dirinya hanya mengambil sebanyak 5 dus dari Gudang Sembako di depan Santa Maria Muntok. Harganya pun sudah di atas HET.

“Sekarang ( MinyaKita ) udah nggak ada lagi. Sempat ada tapi harga Rp16.000. Datang harganya mahal, jadi ambil 5 dus sehari langsung abis,” kata Siska.

Sementara itu di Toko Fadillah di kawasan Pasar Muntok mengaku sudah enggan menjual MinyaKita. Kelangkaan minyak tersebut membuat pemilik toko, Muhammad Fadillah lebih memilih tidak menjualnya.

“Sudah dua minggu lebih minyak itu hilang. Kalaupun ada harganya sudah lebih dari 14.000. Yang datang dari luar harganya sudah di atas HET. Saya nggak jual lagi, karena susah nggak ada barangnya juga. Entah ada permainan apa di atas sana,” tukas Fadillah.

Bahkan menurut dia konsumen beralih ke minyak goreng Fortune yang juga sudah ada gejala langka, menyebabkan harganya naik ke angka Rp17.000 per liter.

“Seharusnya nggak naik tapi karena langka. Sekarang ada tapi mahal, Rp17.000,” ujar Fadillah.

Selain di toko biasa, MinyaKita juga sulit ditemukan di ritel modern, seperti Indomaret dan Love Mart.

Pihak Indomaret di Jalan Ahmad Yani Pasar Muntok sudah beberapa minggu belakangan tidak menjual minyak tersebut. Hal serupa juga terjadi di Love Mart Kampung Jawa, Jalan Jenderal Sudirman.

Gudang Sakkian saat dikonfirmasi Jum’at ( 10/2 ) kemarin bahkan mengatakan semua jenis minyak goreng langka, karena dari agen mengaku stok barang sedang kosong. Bahkan MinyaKita sudah sebulan ini menghilang.

Menurut Sakkian, pihaknya sempat kebagian minyak goreng Fortune, namun jumlahnya terbatas. Minyak goreng itu pun langsung ia distribusikan ke toko – toko.

“Dari agen Pangkalpinang barang yang masuk sedikit, jadi dibagi – bagi dikit lah.
Untuk MinyaKita sudah lama kosong, sudah satu bulan tidak ada barang. Untuk Fortune saya ada dikirim 200 dus sudah dibagikan ke semua toko di Mentok. Kita minta kirim lagi Fortune tapi belum ada jawaban dari agen,” terang Sakkian via WhatsApp.

Dilansir dari Kompas.com, 9 Februari 2023, MinyaKita diluncurkan pemerintah melalui Kementerian Perdagangan pada 6 Juli 2022, untuk mengatasi kenaikan harga minyak goreng pada saat itu.

MinyaKita diproduksi oleh perusahaan-perusahaan minyak goreng untuk memenuhi kebijakan domestic price obligation (DMO) demi mendapatkan izin ekspor.

Perusahaan-perusahaan produsen minyak sawit yang beroperasi di Indonesia diharuskan memproduksi minyak murah kemasan MinyaKita agar bisa mendapatkan izin kuota ekspor CPO.

Awal tahun 2022, pemerintah mengucurkan subsidi sebesar Rp 3,6 triliun untuk penyediaan minyak goreng murah seharga Rp 14.000 per liter.

Sayangnya minyak bersubsidi itu mengalami kelangkaan dan sulit ditemukan di pasaran. ( SK )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *