Kelekak Durian Marsono ” Seribu Pohon Seribu Rasa “

HEADLINE, PARIWISATA571 Dilihat

Simpang Teritip — Bagi pecinta durian, mengunjungi kelekak duren milik Abdul Aziz dan kakaknya Marsono, tentu akan menjadi kenangan yang tidak bisa dilupakan. Berbagai macam varietas durian unggulan tersedia di kelekak tersebut.

Pengunjung dapat langsung menikmati durian jatuhan di tempat, dan bila beruntung bisa mencicipi varietas unggulan khas Bangka Barat yang rasanya beragam dan tentu saja nikmat.

Kelekak duren Marsono yang berlokasi di Desa Pangek, Kecamatan Simpang Teritip, Kabupaten Bangka Barat dihuni berbagai macam varietas durian, sehingga kebunnya tersebut mendapat julukan ” Seribu Pohon Seribu Rasa “.

Hal itu karena setiap buah durian yang ada di kelekak memiliki cita rasa khas masing – masing, yang bisa memanjakan lidah para pecinta durian.

Menurut Aziz, sang adik, kakaknya memang gemar mengoleksi berbagai varietas durian unggulan khas Bangka dalam satu area kebun.

” Sebenarnya kelekak kita ada sekitar tujuh titik. Yang kita kunjungi dua titik, punya kakak saya Marsono. Disitu macam – macam varietas karena dia memang koleksi. Jantung Bali, Si Jantung, Namlung KW, Udang Merah Bangka, Namlung asli, Super Tembaga, Putri Dewa, Si Kapas, New Tembaga,” jelas Abdul Aziz di Kelekak Marsono, Sabtu ( 24/7 ).

Secara kualitas, varietas durian unggulan disini tidak kalah pamor dengan perkebunan lain. Itu terbukti dari banyaknya pengunjung yang datang untuk memburu durian.

Kisaran harganya juga beragam dan cukup terjangkau, dimulai dari yang paling murah, 10 ribuan hingga ratusan ribu rupiah.

Gitaris Dukun Band ini menuturkan, untuk durian unggulan yang sering diburu pembeli seperti Namlung asli, Namlung KW, New Tembaga, Jantung Bali, Udang Merah kisaran harganya dari 200 hingga 400 ribu per butir, tergantung ukuran.

” Orang yang datang sudah nggak terhitung, dari luar Bangka juga ada. Namlung KW itu yang ngasih nama para pembeli. Soalnya orang kan mesan Bang ada nggak yang kayak Namlung tu, akhirnya ketemu yang mirip Namlung asli. Kalau mirip Musang King kan, nah pembeli itu lah yang kasih nama,” tutur Aziz.

Marsono telah berkebun durian sejak 25 tahun lalu. Sedangkan Abdul Aziz baru sekitar 12 tahun. Ia memulai menanam durian saat usianya sekitar 25 tahun. Hasil yang didapat dari kegemaran menanam ” Si Raja Buah ” ternyata cukup memuaskan.

” Secara ekonomi hasilnya memuaskan sekali kalau melihat kakak saya, dia kan sudah banyak hasilnya. Harapan ke depan terutama pariwisata, banyak wisatawan otomatis duren – duren kita semakin populer kan. Semakin diburu dan harganya pun bisa lebih mahal kalau banyak pelancong berdatangan,” harap Aziz. ( SK )

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *