Pulau Putri, Pesona Alam Pulau Kecil Dari Utara Pulau Bangka

Duta Radio – Pulau Putri adalah objek wisata pantai di Kota Belinyu, tepatnya di Desa Penyusuk Kelurahan Bukit Ketok Kecamatan Belinyu Kabupaten Bangka.  Jarak  dari pusat  Kota Belinyu ke Pantai Penyusuk  sekitar kurang lebih 25 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih 15 menit dengan kendaraan pribadi atau sewaan.
Untuk sampai ke Pulau Putri yang terletak di seberang Pantai Penyusuk, dibutuhkan sekitar 12  menit perjalan dengan menggunakan kapal sewaan.
Selain Pulau Putri, masih ada beberapa  pulau kecil lain di kawasan itu, yaitu Pulau Lampu, Pulau ‎Mentigi, Pulau Bakong dan pulau Antu.
Pulau – pulau di sebelah utara Pulau Bangka itu  dipagari  batu-batu granit  besar yang sangat eksotik. Airnya yang jernih tidak tersentuh aktifitas penambangan membuat keaslian alam disekeliling Pulau tetap terjaga.
Hal lain yang menjadi daya tarik Pulau Putri  karena banyaknya pepohonan yang melindungi dari sengatan terik matahari. Pantai di bibir pulau yang landai dapat menarik hati wisatawan untuk berlama – lama berenang. Spot untuk berfoto ria dengan latar belakang yang indah juga banyak ditemui di pulau ini.
Ada cerita misteri yang menguak dibalik keindahan Pulau Putri saat Radio Duta bincang – bincang dengan Saidi ( 65 ), penduduk asli Desa Penyusuk yang kesehariannya bekerja mengantar wisatawan menyeberang pulau dengan kapalnya.
Menurut Saidi,  sebelumnya nama Pulau Putri adalah Pulau Kecil, baru beberapa tahun belakangan ini namanya berganti menjadi Pulau Putri.
” Pulau Putri itu sebelumnya bernama Pulau Kecil, baru sekitar dua tahunan ini namanya jadi Pulau Putri,” kata Saidi, Sabtu ( 9/9/17 ).
Dia tidak tau persis asal muasal nama Pulau Putri tersebut. Hal itu menurut dia berasal dari rumor dari mulut ke mulut tentang penampakan seorang putri di sekitar Pulau Putri.
“Tidak tau kenapa di sebut Pulau Putri, tapi ada orang bercerita kalau itu pernah ada penampakan seorang putri, mungkin karena itulah disebut Pulau Putri,” tutur Saidi.
Saidi membenarkan kabar yang beredar tentang penemuan mayat wanita di Pulau Putri, namun dia menampik penemuan mayat tersebut menjadi penyebab berubahnya nama Pulau Kecil menjadi Pulau Putri.
 “ Memang pernah ditemukan mayat wanita di pulau itu, tapi nama Pulau Putri bukan karena itu,” imbuh dia.
Objek wisata pantai Desa Penyusuk Kecamatan Belinyu Kabupaten Bangka tersebut,  menurut Saidi, tidak terlalu sepi pengunjung. Setiap hari selalu ada wisatawan yang datang walaupun tidak seramai pengunjung yang datang pada hari – hari libur, seperti hari Sabtu dan Minggu.
Sedangkan Pulau Lampu letaknya berdekatan dengan Pulau Putri. Pemandangan disekeliling pulau tak kalah indah dengan Pulau Putri.

 

Reporter Radio Duta di Pulau Lampu
Menurut Yusrizal, nama asli Pulau Lampu adalah   Pulau Penyusuk. Penduduk setempat menyebutnya Pulau Lampu karena di pulau itu terdapat mercu suar peninggalan jaman Belanda.
” Pulau inilah yang disebut Pulau Penyusu itu. Tapi orang – orang menyebutnya Pulau lampu karena disini dulu ada mercu suar peninggalan jaman Belanda dari abad 19, tapi sekarang tidak ada lagi, diganti dengan mercusuar baru yang beroperasi sejak tahun 1989,” jelas Yusrizal.
Peninggalan jaman Belanda tersebut menurut lelaki yang sudah 27 tahun bekerja di Pulau Penyusuk sebagai penjaga mercusuar, masih ada beberapa yang masih dijaga keasliannya. Namun saat direnovasi bentuk asli bangunan tersebut banyak yang berubah.
Untuk sampai ke Pulau Putri dan Pulau Lampu, rombongan Radio Duta dan MHVG ( Muntok History Voluntees Group )  harus merogoh kocek sebesar Rp. 500.000. Namun hal tersebut sebanding dengan sajian pemandangan alam dan kepuasan yang didapat setelah seharian menikmati pesona Pulau Putri yang menawan. ( SK )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *