Duta Radio – Ratusan warga Desa Pelangas membanjiri Kelenteng Bakti Mulya Dusun Air Jungu, Desa Pelangas Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten Bangka Barat, Senin ( 5/9/17 ) malam. Pasalnya, di kelenteng tersebut ritual tradisi masyarakat Tionghoa Chit Ngiat Pan atau yang biasa disebut sembahyang rebut digelar.
Ornament khas Chit Ngiat Pan seperti patung dewa Thai Se Ja dan perahu layar tampak menyemarakkan kelenteng. Disamping itu organ tunggal diatas panggung yang berdiri di depan kelenteng tiada henti menghibur warga.
Bupati Bangka Barat H. Parhan Ali, Wakil Bupati Markus,Asisten, segenap anggota DPRD dan Kepala OPD Lingkungan Pemkab Bangka Barat turut hadir dalam ritual tahunan tersebut.
Kepala Desa Pelangas dan sekitarnya juga tampak hadir menyambut rombongan petinggi Kabupaten Bangka Barat.
Pemerintah Kabupaten Bangka Barat sangat mendukung tradisi sembahyang rebut sebagai salah satu asset budaya yang perlu dilestarikan.
Hal itu diungkapkan Parhan Ali dalam sambutannya.
” Tradisi yang sudah ada seperti ini dijadikan asset budaya daerah yang harus dipertahankan, dikembangkan, ditingkatkan dan dijadikan wisata budaya di Kabupaten Bangka Barat,” kata Parhan.
Bupati berharap tradisi Chit Ngiat Pan dapat dinikmati oleh masyarakat luas dan ditingkatkan ke level nasional.
“Harapannya budaya ini bisa dinikmati oleh masyarakat luas bukan hanya dari Bangka Barat saja, tapi dari kabupaten lain, provinsi bahkan nasional,” ujar Parhan.
Untuk membesarkan Chit Ngiat Pan ke skala lebih besar, menurut Parhan salah satunya dengan menyelenggarakan sembahyang rebut secara serentak se – Bangka Barat pada satu titik tempat penyelenggaraan.
” Kalau dikoordinasikan dengan baik, penyelenggaraan kita buat jadi satu secara serentak di Kabupaten Bangka Barat ini, saya yakin acara ini akan menjadi lebih meriah lagi,” kata dia.
Hal mengenai dukungan Pemerintah Kabupaten Bangka Barat terhadap penyelenggaraan Chit Ngiat Pan juga di ungkapkan Wakil Bupati Bangka Barat, Markus.
” Pemkab Bangka Barat sangat mengapresiasi kegiatan tahunan masyarakat tionghoa ini. Sembahyang rebut ini sudah dimasukkan ke dalam agenda tahunan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangka Barat,” imbuh Markus.
Bahkan menurut dia, Pemkab Bangka Barat telah mengucurkan dana sebesar Rp. 20 juta guna membantu pelaksanaan tradisi leluhur masyarakat tionghoa tersebut.
“Kami berharap kedepannya acara ini bisa dikemas lebih meriah lagi agar bisa lebih dikenal lebih luas lagi,” pungkas Wakil Bupati keturunan Tionghoa ini. ( SK )