Karena Rasa Sayang, Magdalena Setia Menenun Kain Cual Muntok hingga Puluhan Tahun

Ketekunan dan kesetiaan Magdalena menjaga kelestarian kain cual Muntok tidak dapat diragukan lagi. Sejak muda hingga usianya menginjak angka 60-an, tangan terampilnya masih cekatan menenun lembar demi lembar kain pusaka kota Muntok tersebut.

Ditemui Radio Duta di kediamannya, Gang Cek Daud Dalam RT. 03 RW 01 Kelurahan Sungai Baru, Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat, wanita asal Palembang ini menuturkan, dirinya telah menenun sejak remaja.

” Saya menenun dari masih gadis, cuma dulu belum punya sendiri baru ngambil upahan. Sekarang produksi sendiri. Saya aslinya Palembang, cuma suami orang sini, nikah tahun 1978, 1977 saya di Pangkalpinang,” ujar Magdalena, Sabtu ( 13/6/2020 ) sore.

Setelah tinggal di Muntok, Magdalena tidak berhenti menenun. Bahkan sejak tahun 2018 ia mendirikan Kelompok Tenun Bunda Cempaka ” Lena ” dirumahnya. Anggota kelompok ini berjumlah sembilan orang, namun yang terbilang aktif menenun hanya lima orang.

Kain yang dihasilkan dari Kelompok Tenun Bunda Cempaka ” Lena ” merupakan kain cual khas Muntok berwarna merah hati dengan motif khasnya.

” Motifnya bebek setaman, ubur – ubur, kembang hong, kuda laut, itu motif – motif khas cual Muntok. Bahannya juga nggak bisa berubah, bahannya kalau sutra kan nomor satu, nah ini dibawah sutra,” jelasnya.

Untuk menenun selembar kain cual berukuran 80 x 180 cm kata Magdalena, dibutuhkan waktu selama 20 hari. Itu pun bila dikerjakan dengan serius. Tapi bagi penenun yang telah mahir, hanya membutuhkan waktu seminggu sampai sepuluh hari.

Kain cual indah yang dikerjakan secara manual dengan tingkat kerumitan tinggi ini dibandrol dengan harga rata – rata Rp. 7,6 juta untuk yang termahal, sedangkan kain termurah harganya sekitar Rp. 3,4 juta.

Untuk mempromosikan kainnya, Magdalena memanfaatkan media sosial Instagram dan Facebook. Selain itu, terkadang mereka diajak ikut pameran oleh Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Kabupaten Bangka Barat.

Kata Magdalena, di kota Muntok sendiri pembeli kainnya memang relatif sepi. Namun mereka lebih tertarik membidik pasar di Palembang dan Jakarta, bahkan pengusaha dari Palembang datang ke Muntok untuk membeli kainnya.

” Pembeli datang misalnya ada tamu, kita nggak buka gerai karena kita kan pengrajin, bukan pengusaha. Mereka beli kesini, misalnya dari Palembang beli kesini. Kalau di Muntok permintaan masih kurang, bukan kurang promosi, karena tempat kita ini jauh untuk dijangkau, ada juga orang mau kesini mau tiga jam baru nyampe,” ungkap dia.

Motivasi yang melecut Magdalena hingga tetap setia menenun kain cual Muntok, disamping hasil yang diperoleh secara ekonomi memang memuaskan, juga karena nilai seni tinggi yang terkandung didalamnya, sehingga membuat wanita ini merasa sayang dan mencintai pekerjaannya.

” Sayang lah karena memang sudah pekerjaan saya, hasilnya kan memuaskan, ini kan butuh kesabaran tinggi, seninya juga, orang menenun itu kalau dia tidak memahami dan menjiwai nggak jadi, kalau kita menjiwai ada rasa sayang kan,” tandasnya. ( SK )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *