“Clickbait”, Baik atau Buruk?

HEADLINE, RAGAM619 Dilihat

Dalam bermedia sosial, pengguna kerapkali disuguhkan dengan beragam informasi yang diproduksi para kreator di platform online tersebut dalam bentuk konten, baik berupa tulisan, foto, maupun video. Ruang pasarnya pun bermacam latar belakang.

Namun, satu hal yang pasti, diharapkan setiap konten tersebut tersampaikan. Dari sini, kreativitas para konten kreator dituntut, bagaimana setiap konten yang diproduksi dapat menjadi konsumsi publik.

Tak jarang, bahkan akrab bagi kita pengguna media sosial akan menjumpai konten-konten dari para catalyst maupun curator yang cenderung menggunakan narasi bermuatan “clickbait” di dalam tulisan, foto, video, maupun caption yang menyertai, namun isinya tidak relevan dengan judul. Lantas, apa itu clickbait?

Menurut Tech Crunch, clickbait ( umpan klik) bisa dibilang tindakan menjanjikan sesuatu secara berlebihan yang biasa ditemukan pada judul, konten media sosial, gambar dan lainnya. Tujuan dari clickbait adalah memancing pembaca, clickbait sering menggunakan bahasa provokatif yang menarik perhatian, namun terkadang isinya belum tentu sesuai dengan yang dijanjikan.

Dalam keseharian, kita juga sering menjumpai beberapa macam dan jenis clickbait. Setidaknya ada 7 jenis clickbait yang dapat kita pahami yang dikutip dari idntimes:

1. Curiosity gap
Judul dengan macam curiosity gap ini secara tidak langsung menampilkan janji untuk memberikan sebuah informasi kunci. Rasa penasaran orang-orang akan timbul setelah membaca judul sehingga kemudian tertarik untuk mencari jawaban melalui isi artikel. Contohnya seperti yang ada dalam judul “Artis A Beberkan Rahasia dalam Set Film Terbaru”.

2. Sensationalism
Sesuai namanya, judul ini menggunakan bahasa – bahasa sensasional untuk memberikan kesan menarik pada tulisan. Biasanya akan dimasukkan kata-kata yang menunjukkan perasaan orang-orang ketika mengetahui fakta tersebut.  Contohnya adalah judul “Bikin Kaget! Ternyata Ini Rahasia di Set Film A”.

3. Exaggeration
Beberapa judul clikbait membesar-besarkan sebuah klaim. Ini agar timbul pikiran dalam diri pembaca bahwa hal yang ingin dibahas sangatlah penting atau impresif. Biasanya judul semacam ini ada dalam tulisan yang isinya diharapkan dapat diterapkan sendiri oleh para pembaca. Misalnya, “Trik Awet Muda ini Akan Mengubah Hidupmu!”.

4. Fear and uncertainty
Judul yang satu ini menggunakan bahasa-bahasa yang dapat menimbulkan ketakutan atau perasaan tidak nyaman. Tujuannya adalah agar judul secara tidak langsung menyuruh orang-orang untuk membaca isi artikel supaya mereka dapat mencari jawaban akan ketakutan itu. Contohnya adalah judul “Dokter A: ‘Minum Air Putih bisa Membuat Sakit Jantung’, Benarkah?”.

5. Numbered lists
Judul dengan angka adalah salah satu jenis clickbait yang paling klasik. Jenis ini memanfaatkan rasa suka orang terhadap hal dan jumlah yang pasti. Beberapa contoh daripada clickbait jenis numbered lists adalah “7 Fakta Hewan Komodo” atau “10 Tempat di Jepang yang Cocok untuk Introvert”.

6. Personal stories
Kita adalah makhluk sosial yang sering kali merasa lebih percaya kepada suatu cerita apabila cerita itu telah dialami seseorang sebelumnya. Karenanya, clickbait berjenis personal stories adalah salah satu jenis yang paling ampuh untuk menarik perhatian pembaca. Judul-judul ini bisa menggunakan cerita sendiri ataupun cerita orang-orang terkenal. Misalnya pada judul “Caraku Mengumpulkan 1 Juta Rupiah dalam Sehari”.

 7. Opposition
Judul opposition menjanjikan fakta-fakta yang kontras. Tujuannya adalah untuk menarik perhatian pembaca karena mereka dapat langsung melihat dua sisi berseberangan dalam satu artikel. Jenis judul ini dapat ditemukan dalam contoh “5 Pakaian Terbaik dan Terburuk di Met Gala 2022″.

Clickbait pun acapkali mengundang pro-kontra. Dari sudut pandang informasi, clickbait berdasarkan pendapat Iretton & Posetti, dalam sebuah buku pedoman pendidikan jurnalis yang diterbitkan UNESCO menyebutkan, bahwa salah satu dari tujuh jenis turunan misinformasi/disinformasi ialah informasi “clickbait“.

Artinya, clickbait dalam suatu kondisi dapat menurunkan kualitas konten, karena para pembaca yang sudah tidak minat membacanya.

Berikut pro-kontra yang dapat ditimbulkan dari “clickbait” yang dikutip dari Glints :

Pro:
1.  Pageviews meningkat.
2.  Meningkatkan brand awareness.
3.  Meningkatkan angka share.
4.  Menjangkau lebih banyak target.
5.  Bisa dijadikan sebagai strategi remarketing.

Kontra:
1.  Bounce rate meningkat.
2.  Membahayakan image perusahaan.
3.  Berpotensi menjangkau audiens yang salah.
4.  Membahayakan algoritma media sosial.
5.  Kehilangan pembeli potensial.

Dari ‘perdebatan’ di atas dapat disimpulkan bahwa perlu adanya kedewasaan pembaca dalam menanggapi, dan memilah setiap konten clickbait yang disajikan, serta sudut pandang lebih luas dengan melakukan validasi informasi sebelum membagikan konten. Hal ini untuk menghindari kita terjebak sebagai agen, atau penyebar berita misinformasi/disinformasi. ( Red )


Sumber: Diskominfo Pemprov Babel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *