BANGKA BARAT — Orang dengan gangguan jiwa ( ODGJ) di Bangka Barat selama dua tahun terakhir ( 2023 – 2024 ) cenderung meningkat.
Berdasarkan data dari Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Bangka Barat, pada 2023 angka ODGJ sebanyak 504 orang. Sedangkan 2024, tercatat sebanyak 530, atau bertambah sebanyak. 26 orang. Sehingga jumlah keseluruhan selama dua tahun ini sebanyak 1.034 orang.
Ada beberapa faktor penyebab peningkatan angka ODGJ menurut Kepala Dinsospemdes Bangka Barat, Achmad Nursyandi, di antaranya penyakit yang menyerang otak dan masalah keluarga.
“Penyebab banyak faktor, dari karena penyakit menyerang ke arah otak, pengaruh keluarga, masalah di keluarga, persoalan ekonomi yang akhirnya mengalami depresi dan faktor lainnya seperti ada mengamalkan ilmu sehingga salah jalan,” kata Achmad Nursyandi di ruang kerjanya, Senin (5/8/2024).
Menurut Sandi dari angka tersebut rata – rata pasien ODGJ didominasi laki – laki usia dewasa dibandingkan perempuan yang jumlahnya lebih sedikit, ditampung di Rumah Perlindungan Sosial (RPS).
“Sebagaian besar laki-laki persentasi perempuan hanya 30 persen sisanya laki-laki,” imbuh dia.
Latar belakang pasien ODGJ pun beragam, tapi kebanyakan dari mereka adalah pecandu narkoba. Tapi sejauh ini kata Sandi tidak ada caleg gagal yang depresi dan menderita gangguan jiwa.
Terkait penanganan kasus ODGJ, Dinsospemdes bekerja sama dengan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) dan dokter kejiwaan untuk melakukan rehabilitasi.
“Penanganan dari Dinsos untuk ODGJ, ada dua penanganan. Pertama rehabilitasi medis dan kedua rehabilitasi sosial. Rehabilitasi sosial kita mengingatkan dia tugas sebagai manusia fungsi sosial, ngaji dan sholat apabila beragama muslim. Kita ajari bagimana berinteraksi dengan lingkungan sekitar,” papar dia.
Dinsospemdes juga memiliki rumah perlindungan sosial ( RPS ) yang menjadi wadah ODGJ mendapatkan pelatihan setiap seminggu sekali oleh pemerintah.
Kebanyakan yang ditangani di RPS memang pasien yang tidak terawat dari pihak keluarganya. Padahal kata dia peran keluarga sangat penting untuk penanganan ODGJ.
Menurut dia, masih banyak ditemukan pihak keluarga yang enggan mengakui dan melaporkan anggota keluarganya yang menderita gangguan jiwa ke Puskesmas atau Posyandu.
Selain Puskesmas dan Posyandu, masyarakat bisa melaporkan melalui RT, RW kemudian melaporkan ke kelurahan agar ODGJ dapat segera ditangani dengan baik.
“Tapi kalau terawat kita serahkan ke keluarga. Yang dilakukan binaan setiap minggunya ada 14 sampai 20 ODGJ,” lanjut Sandi.
Untuk menekan meningkatnya angka ODGJ, Dinsos telah berupaya melakukan sosialisasi ke masyarakat agar bersama-sama menguatkan pondasi agama.
“Paling kita mengingatkan masyarakat sama-sama mengutkan pondasi keagamaan fungsi sosial interaksi, jangan acuh dengan sekitar kita. Banyak interaksi sosial, itu akan membuat lebih sehat mental dan sosial serta spiritual,” cetus Sandi. ( SK )