Duta Radio – Supir angkot Kota Muntok jurusan Terminal – Tanjung Kalian mengeluhkan susahnya mendapat penumpang. Hal itu disebabkan bis antar kota kerap mengantar langsung penumpangnya langsung ke tempat tujuan.
” Bis – bis itu langsung mengantar penumpangnya ke tempat tujuan. Kan harusnya dibawa ke terminal dulu. Baru angkot yang membawanya ke tempat tujuan dalam kota,berbagi rejekilah, ” tutur Joni ( 50 ) supir angkot jurusan Terminal – Tanjung Kalian saat Pemilihan Abdi Yasa Teladan di Hotel Pasadena Muntok, Bangka Barat, Selasa ( 26/07/17 ).
Dia menuturkan ada 13 angkot yang beroperasi di Kota Muntok. Semua angkot tersebut jarang beroperasi karena sepinya penumpang tidak bisa menutupi biaya operasional seperti bbm dan sebagainya.
” Kadang penumpangnya hanya 4 orang, dapat duit 40 ribu mana cukup untuk nutup duit bensin dan makan,” ujar Joni.
Lelaki paruh baya ini menuturkan untuk biaya hidup sehari – hari ia dibantu usaha jahit kecil – kecilan istrinya.
” Untung istri saya bisa usaha jahit kecil – kecilan. Kalau mengharapkan dari narik angkot di Mentok ini susah untuk biaya hidup,” tutur Joni.
Dia berharap hal tersebut dapat diatur dan dikoordinir oleh Pemerintah Daerah agar para supir angkot dapat kebagian rejeki juga.
Di lain pihak, Asisten II Ekonomi dan Pembangunan Drs. Rozali saat disampaikan hal itu mengatakan untuk bis – bis umum AKDP ( Angkutan Kota Dalam Provinsi ) mengantar penumpang dari terminal ke terminal, hanya bis umum Pemadu Moda yang langsung mengantar penumpang ke tempat tujuan sesuai izin yang dikantongi.
Menurutnya, penyebab sepinya penumpang angkot disebabkan oleh para supir sendiri yang tidak punya komitmen untuk tetap beroperasi setiap hari.
“ Kenapa timbul terjadi begitu, karena komitmen dari angkot ini. Kalau sepi dia nggak jalan, kalau ramai dia jalan. Coba kalau dia punya komitmen, komitmen dalam hal kendaraannya, kemudian komitmen dalam hal drivernya, ramai maupun sepi mobil itu jalan terus,” kata dia, Selasa ( 26/07/17 ) di Hotel Pasadena, Muntok.
Ditambahkannya, penumpang angkot tidak harus menunggu penumpang dari luar Bangka seperti Jawa dan Sumatera, tapi juga bisa menarik penumpang lokal seperti pelajar dan masyarakat umum.
Meski demikian, Rozali mengakui untuk mengharapkan masyarakat kota Muntok untuk menjadi penumpang angkot memang sulit. Hal itu disebabkan masyarakat pada umumnya sudah memiliki kendaraan pribadi.
Dia merasa perlu dibuat suatu kebijakan untuk menyiasati hal tersebut. “ Tapi kalau nanti kita buat kebijakan bahwa pelajar tidak boleh naik kendaraan roda dua, nah jadi angkotnya rame, gitu,” pungkasnya. ( SK )