Duta Radio – Museum Timah Muntok memperingati Hari Ulang Tahunnya yang ke -4. Museum yang diresmikan tahun 2013 itu menggelar Seminar dengan tema ” Arsitektur Heritage dan Delineasi Kota Pusaka Muntok” di Museum Timah Muntok, Minggu ( 19/11/2017 ) pagi.
Acara dihadiri Asisten II Bagian Ekonomi dan Pembangunan Rozali, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Ismantho, Dekan Universitas Indonesia ( UI ) Prof.DR. Kemas Ridwan Kurniawan sebagai narasumber, Kepala Unit Metalurgi Muntok Eko Zunianto, Kepala Museum Timah Muntok Fachrizal, Pengurus Museum Timah Indonesia Reni Hutagalung, Penggiat Budaya Nofiar Ishak, segenap tokoh pemerhati sejarah dan budaya kota Muntok serta para pelajar se- Bangka Barat.
Asisten II Bagian Ekonomi dan Pembangunan mewakili Bupati Bangka Barat, Rozali memaparkan kilas balik berdirinya Museum Timah Muntok.
Rozali mengatakan, Museum Timah Muntok, dulunya merupakan bekas Kantor Pusat BTW ( Hoofd Bureun Banka Tin Winning ) yang berdiri sejak tahun 1915, gedung milik perusahaan tambang timah Bangka yang didirikan oleh Pemerintah Belanda. Kemudian di tahun 1990-an menjadi Unit Produksi Timah Wilayah Muntok.
Rozali melanjutkan, Museum Timah Muntok banyak memiliki koleksi berbagai macam peninggalan benda tambang timah yang berusia ratusan tahun.
” Museum Timah Muntok memiliki prasasti, bebatuan, balok timah, peralatan penggalian timah, alat cetak timah hingga foto – foto pengusaha timah terdahulu, tersimpan di museum ini,” kata Rozali.
Dia menambahkan, di Indonesia hanya ada dua museum timah, yaitu di Pangkal Pinang dan Muntok dan tercatat sebagai museum tambang terbesar di Asia.
” Jadi sekali lagi, kita patut bangga, karena disini, di Kabupaten kita ini, berdiri salah satu penyimpan sejarah pertambangan timah terbesar di Indonesia, ” ujar dia.
Rozali berharap kepada seluruh masyarakat untuk menjaga aset sejarah tersebut. Dia juga menghimbau kepada dunia pendidikan di Bangka Barat untuk mengadakan kunjungan rutin ke Museum Timah Muntok.
” Kepada semua sekolah dan dunia pendidikan di Bangka Barat ini, dapat mewajibkan siswa – siswinya untuk melakukan kunjungan rutin untuk belajar atau melakukan riset terhadap sejarah penambangan, maupun sejarah perjuangan bangsa serta dunia, yang semuanya terjadi di kota yang berada di ujung barat Pulau Bangka ini,” harap Rozali. ( SK )