BANGKA BARAT — Ada dua kategori pengusaha di dunia ini, pertama, mereka yang mewarisi usaha dari orangtuanya. Kedua, mereka yang memulai usaha sendiri dari nol.
Dan Dr Hj Masrura Ram Idjal SE, MBA, MSc, wanita asli Mentok, Kabupaten Bangka Barat masuk ke dalam kategori kedua, dia benar – benar berjuang dari bawah dan merasakan jatuh bangun bergelut di dunia usaha, sebelum sampai ke titik kesuksesan seperti sekarang ini.
Masrura menamatkan sekolah menengahnya di SMP Negeri 1 Mentok, Bangka Barat, kemudian melanjutkan ke SMK Pariwisata di Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka.
Selanjutnya ia kuliah di Jakarta dan mulai bekerja di perusahaan multinasional.
“Saya ke Jakarta saya kerja, kebetulan dari awal saya kerja itu di beberapa perusahaan asing, termasuk kerja di perusahaan multinasional waktu itu,” kata Masrura saat dihubungi via telepon, baru – baru ini.
“Nah setelah itu saya menikah dan pindah ke Bandung, dan di Bandung suami saya mendorong untuk memulai usaha. Kebetulan saya di travel dan saya mulai usaha di travel di Bandung tahun 1996,” lanjut istri H. Andy Arief Budiman SE ini.
PT Rabbani Semesta Utama/Rabbani Tour, travel umroh bersertifikat nasional yang didirikannya itu selanjutnya berjalan lancar. Bahkan pada tahun 2002 ibu tiga anak ini bisa lanjut mengambil studi Institusi & Negara Manajemen di Australian College of Tourism and Hospitality (ACTH) di Melbourne, Australia.
Dengan sistem yang ia dikembangkan didukung tim yang mumpuni di bidangnya, usaha travelnya tetap bisa berjalan lancar meskipun tanpa kehadirannya.
“Sementara usaha kita bikinkan sistem di mana dengan adanya sistem itu saya nggak hadir pun usaha tetap bisa jalan. Dengan tim-tim yang kompeten dan sistem yang baik seperti itu, sampai kemudian saya sekolah lagi di Inggris ( Oxford Brookes University) 2015 sampai dari S2 sampai S3, ” tuturnya.
“Jadi memang penting ketika kita bicara bisnis kita membuat sistem dan mempunyai SDM yang kompeten dalam bidangnya,” sambung dia.
Namun di sepanjang perjalanannya, bisnis Masrura tidak lepas dari badai permasalahan karena beberapa peristiwa yang sangat mempengaruhi usahanya.
Saat krisis moneter tahun 1998, pergantian rezim, mereka juga terkena dampaknya, bahkan peristiwa Bom Bali dan pandemi Covid – 19, sempat membuat bisnis travelnya goyah.
“Tanda kutiplah kalau kita bicara sukses, karena usaha itu kan naik turun, jadi mungkin di satu pihak kita naik tapi kan kondisi bisnis ini dipengaruhi oleh banyak hal,” terang Masrura.
“Misalnya ketika tahun 1998 saya mulai usaha 1996 dan di tahun 1998 itu langsung krisis kan. Kita krisis moneter tahun itu, politik juga pergantian rezim baru. Mau naik lagi di 2002 ada bom Bali,” imbuhnya.
“Kami juga terpengaruh waktu itu, terus seperti itu sampai terakhir kemarin pandemi Covid. Jadi kalau kita bicara bisnis kita up and down, ada di satu sisi kita posisinya lagi di atas. Kemudian karena banyak pengaruh kita juga berada di bawah,” sambung dia.
Menurut Masrura hal terpenting agar bisa bertahan adalah tetap konsisten dengan bisnis yang digeluti. Di samping itu pihaknya pun memang sudah mempersiapkan diri menghadapi kondisi apapun, agar tidak terpuruk dan gulung tikar.
Rabbani Tour berhasil melewati semua dinamika naik turun yang menerpanya dan semakin melebarkan sayapnya hingga ke Arab Saudi. Masrura menandatangani MoU dengan Saudi Tourism Authority untuk mempromosikan wisata umroh Saudi di Indonesia.
“Hanya lima perusahaan waktu itu dan kita salah satunya yang dipercaya oleh pemerintah Saudi untuk mempromosikannya. Dan kemarin juga Menteri Haji Saudi hadir di Indonesia dan kami juga mendapat kesempatan untuk menjadi salah satu perusahaan untuk melaksanakan pameran di Jakarta sampai hari ini,” tutup Masrura. ( SK )