Duta Radio – Ratusan pengunjung memadati ruangan Gedung Pusat Dakwah Muhammadyah di Menteng, Jakarta dalam acara Peluncuran Buku ” Nalar Politik Rente ” karya Ketua Umum PP Pemuda Muhammadyah, Dahnil Anhzar Simanjuntak, Rabu ( 28/02/2018 ) malam.
Acara berlangsung meriah dengan tamu-tamu yang kebanyakan kelompok pemuda itu terlihat bersemangat mengikuti peluncuran yang disiarkan langsung oleh TVMu itu dari awal hingga akhir.
Tampak duduk di barisan depan, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, budayawan Jaya Suprana, tokoh nasional DR. Rizal Ramli dan sang penulis buku Dahnil Simanjuntak bersama perwakilan dari sejumlah partai politik
Buku ” Nalar Politik Rente ” merupakan buku kedelapan Dahnil dan diterbitkan Booknesia dari Divisi Penerbitan Buku Kantor Berita Politik RMOL.
Teguh Santosa, Pemimpin Umum Kantor Berita Politik RMOL selaku pihak penerbit membuka acara tersebut.
“Saya selalu bahagia bila hadir di ruangan ini, karena saya merasa pulang ke rumah sendiri,” ujar Teguh Santosa yang pernah menjadi Ketua bidang Luar Negeri PP Pemuda Muhammadiyah.
Teguh yang juga dosen Hubungan Internasional di Universitas Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta ini mengatakan, manuskrip Dahnil Simanjuntak mengingatkannya pada buku yang ditulis Prof. Arief Budiman di pertengahan 1990an silam yang berjudul “Negara dan Pembangunan”. Buku tersebut membandingkan proses pembangunan ekonomi dua negara Asia, Indonesia dan Korea Selatan.
“Proses pembangunan di kedua negara ini memiliki banyak persamaan,” ujar Teguh lagi.
Meskipun kiblat, pendekatan dan teori – teori pembangunan yang digunakan sama, dengan dimotori aktor yang berlatar belakang jenderal militer yang berkuasa penuh bahkan dimulai pada era yang sama pada 1960an dan kedua negara pun sama – sama menganut sistem negara otoriter birokratik, namun hasilnya berbeda.
“Tetapi hasilnya berbeda. Korea Selatan menjadi negara otoriter birokratik pembangunan, sementara Indonesia menjadi negara otoriter birokratik rente. Sektor ekonomi dan politik dipenuhi pencari rente semata,” tutur Teguh.
Karena hal itulah menurut Teguh, pembangunan ekonomi Indonesia tidak pernah substansial, tidak punya basis industri yang memadai, dan akhirnya Indonesia hanya menjadi pasar. Sumber daya alam yang begitu banyak dikuasai oleh kekuatan asing.
“Politik rente sudah lama menjadi penyakit bangsa Indonesia, saya berharap buku Dahnil ini bisa menginspirasi pembaca untuk bersama-sama membebaskan Indonesia dari politik rente,” tutupnya. ( SK )