Bangka Barat, Kabupaten dengan Lonjakan Tertinggi Covid – 19 di Babel

HEADLINE, KESEHATAN295 Dilihat

Muntok — Juru Bicara Satgas Penanganan Covid – 19 Provinsi Bangka Belitung, Andi Budi Prayitno mengatakan, lonjakan tertinggi kasus virus Corona di Bangka Belitung ada di dua tempat, yakni di Kota Pangkalpinang dan Kabupaten Bangka Barat.

Penyebabnya, karena Pangkalpinang tingkat kepadatan dan populasi penduduknya paling banyak. Sedangkan di Bangka Barat terdapat pelabuhan yang menjadi arus keluar masuk pendatang dari luar daerah.

” Pangkalpinang karena ada Pangkalbalam dan karena dia ibukota kerumunan dan mobilitas masyarakat juga tinggi,” ujar Andi kepada awak media, di Pelabuhan Tanjung Kalian Muntok, Jum’at ( 2/7 ).

Dia menambahkan, secara umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih berada di zona orange, atau zona resiko sedang. Pada minggu kemarin hanya ada satu kabupaten yang berada di zona kuning, yakni Bangka Selatan. Sementara belum ada satu kabupaten pun yang sudah zona hijau.

Selain itu kata Andi, jumlah total pasien yang masih di isolasi di Babel sebanyak
1.515 orang, tersebar di seluruh kabupaten/kota. Dari jumlah tersebut, isolasi mandiri memang lebih banyak daripada isolasi di Wisma Karantina atau fasilitas kesehatan.

” Memang ini menjadi catatan yang krusial bagi kita di Provinsi. Pertama untuk Wisma Karantina yang disediakan pemerintah, karena hanya ada beberapa kabupaten/kota yang memiliki wisma isolasi tersendiri yang khusus untuk para pasien. Padahal ini penting karena penanganan oleh pemerintah itu menjadi sesuatu yang wajib,” tukasnya.

Ditegaskannya, Pemda memang harus menyediakan Wisma Karantina bagi pasien, baik gejala ringan, sedang apalagi berat.

Memang sejauh ini daya tampung rumah sakit yang ada di Babel masih mencukupi. Tapi kata Andi, kewaspadaan tetap dibutuhkan untuk mengantisipasi lonjakan kasus.

” Hari ini di rumah sakit di Bangka Belitung alhamdulillah tingkat keterisiannya atau BOR-nya itu relatif masih memenuhi lah. Jadi ada sekitar 37 persen tingkat BOR kita masih ada sekitar 60 persen yang kosong. Tapi ini harus diwaspadai jangan sampai nanti ketika kasus meninggi rumah sakit kita tidak mampu menampung,” tandas Andi. ( SK )

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *