Penari Binturong Posting Keluhan Viral di Medsos, Begini Klarifikasi Wabup BMM

BANGKA BARAT, HEADLINE1745 Dilihat

BANGKA BARAT — Tari kolosal Binturong Menyongsong Kemenangan yang ditampilkan pada Grand Opening Porprov VI di Stadion Sejiran Setason, Desa Air Belo, Kecamatan Mentok, Kabupaten Bangka Barat pada Selasa ( 22/8 ) lalu menyisakan persoalan.

Salah seorang penari dengan akun facebook R Lingg memposting keluhan di akunnya. Isi keluhannya antara lain, seniman dianggap sebelah mata dan tidak dilayani dengan baik.

Dalam postingannya R Lingg yang merupakan seorang anggota Satpol PP Bangka Barat antara lain mengeluhkan disuruh naik bis pukul 17.00 WIB namun dihadang pihak keamanan berbaju hijau muda untuk berjalan kaki dari stadion Indoor ke stadion atletik dan seterusnya.

Postingan tersebut menuai 407 komentar dan telah dibagikan 168 kali.

Joko HP atau Wak Joko dari Sanggar Kampuseni selaku sutradara tarian tersebut mengatakan, postingan tersebut bukan pernyataan resmi Kampuseni, tapi dari diri pribadi yang bersangkutan sendiri.

Menurut Wak Joko, awalnya mereka tidak ada masalah sejak awal persiapan latihan yang waktunya kurang dari dua bulan jelang pembukaan Porprov, 22 Agustus.

Tapi dia membenarkan beberapa permasalahan mulai muncul karena mereka harus latihan berpindah – pindah tempat dari Lapangan Atletik Pemda ke Lapangan Gelora dan ke Stadion itu sendiri. Menurut Joko, dirinya sempat khawatir saat hendak latihan di Stadion SS, sebab lapangan tersebut masih treatment.

“Karena di Lapangan Atletik ada kegiatan Paskibraka, kami harus geser tempat pindah ke Gelora. Sempat bertanya ke Wabup ingin memakai Stadion, dijawab Wabup silahkan dipakai langsung ke Stadion. Nggak apa – apa beliau bilang lapangan itu dibuat untuk dipijak,” jelas Wak Joko saat ditemui di sanggarnya, Kamis ( 24/8 ).

“Tapi karena jumlah penarinya banyak dan lokasinya jauh kita putuskan latihan di Gelora. Di Gelora juga akhirnya dipasang ring tinju. Akhirnya pindah ke Peltim dibantu Dinas Pariwisata difasilitasi snack makan diurus benar, termasuk transportasi ngangkut alat dibantu semua,” imbuhnya.

Tapi jelang Grand Opening para penari tentu harus beradaptasi dengan lokasi acara, maka mereka harus latihan di Stadion Sejiran Setason. Namun setiba di lokasi, ratusan penari dan kru menurut dia malah disuruh pulang.

“Bayangkan kita membawa orang bolak-balik ke sana akhirnya disuruh pulang oleh orang yang punya lapangan,” tukasnya.

“Alasannya masih perawatan sedang dikerjakan. Jadi pas lagi latihan air tiba-tiba hidup kita kena siram. Sebelum kita latihan orang latihan bola dulu di situ,” sambungnya.

Wak Joko juga mengatakan sebenarnya mereka sangat dibantu dan difasilitasi oleh Disparbud dan Disdikpora untuk menggunakan SMKN 1 yang letaknya tidak jauh dari Stadion untuk tempat make up jelang acara pembukaan.

Tapi saat hendak ke Stadion Sejiran Setason menggunakan bis, mereka dihalangi penjaga dan tidak diperbolehkan masuk.

“Harapan kita seharusnya penjaga sudah tahu ini talent harusnya mereka kasih waktu, kasih tempat silahkan bisa masuk dan bisnya keluar,” ujarnya.

Akhirnya ratusan penari berjalan kaki tanpa sepatu atau sandal di tanah berkerikil menuju ke lokasi acara. Menurut Wak Joko persoalan ini hanya kurangnya koordinasi pihak – pihak terkait. Akhirnya mereka seperti terkesan di lempar sana lempar sini.

“Koordinasi itulah sebenarnya. Kalau dari sisi kami sih anak-anak itu berapa kali latihan mereka datang terus aman nggak masalah, nggak ada yang complain. Kami juga mengapresiasi Pemda yang telah melibatkan seluruh seniman Bangka Barat. Kalau dalam acara ini menggunakan koreografer atau seniman lain mungkin kami akan kecewa tapi ini kami dipercaya untuk menggarap ini kami sangat berterima kasih,” tutupnya.

Sementara itu Wakil Bupati Bangka Barat Bong Ming Ming saat dikonfirmasi menyampaikan beberapa hal terkait tempat latihan pelaku seni, faktor pengamanan di Stadion Sejiran Setason, masyarakat yang terhalang masuk serta tamu VVIP.

Menurut Bong Ming Ming, terkait fasilitas latihan para penari, di Stadion SS sudah dipakai untuk pertandingan sebelum pembukaan Porprov. Untuk menyinkronkan waktunya tentu harus pas, sementara sehabis digunakan lapangan Stadion harus treatment lagi.

“Pas hari itu lapangan baru habis dipakai untuk kegiatan maka harus dilakukan treatment lagi. Maka PU bilang besok baru bisa. Maka ada hal-hal teknis berkenaan dengan tanggung jawab PU terhadap lapangan itu,” kata BMM.

Sedangkan masyarakat tidak dapat masuk ke Stadion waktu acara pembukaan, itu juga mempertimbangkan banyak hal, termasuk kondisi lapangan dan keamanan. Sebab, untuk memprediksi euforia massa tentu tidak mudah, apalagi tribun penonton hanya satu.

Terkait tamu VVIP yang terhalang masuk dan harus berjalan kaki, menurut BMM mereka tidak mengkonfirmasi kehadirannya. Padahal bila mereka sebelumnya mengkonfirmasi ke panitia, maka segala sesuatunya tentu bisa dipersiapkan, termasuk kartu VVIP dan sebagainya.

“Ada yang tertahan dan sebagainya seperti komentar salah satu petinggi partai mengatakan, mereka tertahan dan sebagainya. Persoalannya yang menjaga di depan itu pengamanan dari pihak Polda. Mereka nggak tahu, patokan mereka sesuai standar SOP. Kalau tidak ada kartu VIP-nya maka nggak dikasih masuk. Semuanya sudah dibuat SOP-nya itu demi kelancaran,” tutur BMM.

BMM menambahkan, kenapa semua penari dikumpulkan di Sport Hall jelang acara pembukaan pukul 17.00, pertimbangannya untuk mengantisipasi kemacetan dan menyiasati keterbatasan armada angkutan. Sebab untuk bolak – balik antara dua tempat itu sudah tidak mungkin lagi karena kondisi di sekitar Stadion SS sudah macet.

“Jarak Sport Hall ke Stadion itu sekitar 100-an meter kondisi malam. Kalau jam acara kita drop persiapannya khawatir untuk mobilisasi massa. Kenapa tidak bisa kita antar lagi? karena kondisi lapangan sudah begitu padat, jadi untuk bergerak bolak-balik itu sudah tidak mungkin lagi. Maka terkesan terlantar, tapi nggak seperti itu. Memang dari sisi keamanan kondisi lapangan yang membuat seperti itu,” urai BMM.

Wabup sangat menyayangkan pihak yang memposting di medsos tersebut notabene anggota Satpol PP Bangka Barat yang seharusnya mengetahui prosedur pengamanan di lapangan.

“Saya sangat menyayangkan yang membuat status adalah anggota Satpol PP. Kami tidak mempersoalkan dia tidak ada di lapangan ikut melakukan penjagaan itu sudah bagus. Ini sudahlah tidak bertanggung jawab di lapangan, dia komen. Seharusnya anggota Satpol PP paham tentang prosedur di lapangan,” cetusnya.

“Bukannya kita tidak menghargai seniman, semua bagi kita sama. Cuma kan ada hal yang ada hal-hal yang harus dipahami dan mohon maaf memang dropping itu keterbatasan armada. Macet berapa kilo itu yang menjadi persoalan,” imbuh Wabup.

Menurut BMM munculnya persoalan ini disebabkan miskomunikasi. Dia meminta maaf atas kejadian tersebut. Ia mengakui tentu masih ada kekurangan – kekurangan dalam pelaksanaan Porprov VI ini.

“Terakhir sebagai Ketua PB dan Wakil Bupati Bangka Barat dengan terjadinya hal-hal yang seperti ini saya minta maaf, bukan niat untuk membedakan pelaku seni dengan yang lainnya. Mohon dipahami inilah kondisinya. Kalau Ada yang kecewa saya minta maaf. Harus diakui kami masih ada kekurangan pasti ada miss,” tutup Wabup. ( SK )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *