BANGKA BARAT — Bakal calon bupati Bangka Barat Masrura Ram Idjal bertandang ke 10 desa di Kecamatan Parittiga, antara lain Desa Kelabat, Air Gantang dan Teluk Limau.
” Tujuannya ngobrol diskusi untuk mengetahui kondisi mereka saat ini dan harapan – harapan mereka ke depan,” kata Masrura Ram Idjal, Selasa ( 16/7/2024 ).
Namun tujuan yang paling penting kata dia untuk mengetahui potensi wilayah tersebut. Menurut Masrura Kecamatan Parittiga memiliki potensi alam yang luar biasa, terutama pantai – pantainya serta sumber daya yang lain, seperti pasir kuarsa dan kaolin.
“Potensi alam yang indah untuk pariwisata. Pantai – pantai yang bagus dengan batu – batu granit yang usianya sudah jutaan tahun. Pantai Siangau, Pantai Penganak dan pantai di daerah Bakit,” sebutnya.
“Cuma sayangnya dari beberapa itu pantainya rusak, ekosistem pantainya rusak dan banyak juga seperti terumbu karang yang sudah rusak sehingga susah untuk mencari ikan dan lain – lainnya,” sambungnya.
Kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas penambangan timah itu harus dipikirkan oleh pemerintah dan masyarakat untuk mengatasinya. Walaupun diakui Masrura, sektor pertambangan sulit dihentikan karena sudah menjadi mata pencaharian masyarakat.
Tapi ekosistem laut dan lingkungan harus dipikirkan juga agar tidak rusak akibat penambangan. Saat ini pun dampaknya sudah mulai terasa.
“Bayangkan nelayan mau mencari ikan kalau dekat – dekat sudah tidak ada ikannya. Penambangan bukan hari ini tapi sudah puluhan tahun. Sekarang sudah mulai terasa kan kerusakan ekosistem. Coba kita bayangkan sepuluh dua puluh tahun yang akan datang. Dan ini semua orang sudah tahu sebenarnya, bukan hal yang baru tetapi orang semua sepertinya menutup mata,” tukasnya.
Bahkan kerusakan di darat akibat penambangan menurut dia tidak kalah dengan yang ada di laut.
Karena itu yang paling penting potensi lain seperti pariwisata perlu digarap dengan serius, apalagi beberapa pantai di Kecamatan Parittiga memiliki batu granit berusia jutaan tahun tidak ditemukan di tempat lain, bahkan Pulau Jawa sekalipun.
“Hanya ada di Bangka Barat dan Bangka Belitung pantai yang ada batu granit itu nggak ada di Jawa. Juga daerah teluk itu pantainya bersih bening ombaknya tidak besar. Dan ini bisa digarap dimaksimalkan sebagai destinasi untuk menghidupkan pariwisata dan perekonomian masyarakat,” cetusnya.
Di antara pantai – pantai di Parittiga yang sudah sedikit tertata seperti Pantai Siangau dan Penganak, ada juga Pantai Perantau yang masih perawan dan memiliki potensi luar biasa.
Juga pantai di Desa Bakit kawasan Teluk Kelabat. Tapi lagi – lagi aktivitas penambangan membuatnya rusak. Di Pantai Bakit kata Masrura berserakan ponton – ponton isap para penambang yang sudah menjadi bangkai parkir.
“Itu kayu – kayunya yang sudah hitam berserakan di situ. Itu kurang bagus dipandang, padahal pantainya bagus. Itu pada parkir, kebayang nggak kalau mereka ada aktivitas bising suara mesinnya polusi suara juga,” sebut dia.
“Itu PR besar buat kita karena tambang ini kita nggak mungkin nggak boleh nambang apalagi PT Timah saja masih ngeruk di situ daerah Teluk Kelabat sana, ” imbuhnya.
Padahal wilayah Tanjung Ru yang berbatasan dengan Kabupaten Bangka menurut Masrura dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata.
“Dan saya tertarik juga untuk itu dan itu bisa kita bicarakan dengan Kabupaten Bangka, karena di Tanjung Ru itu tembus ke Belinyu. Ini kan bisa dikombinasikan nanti bisa kerja sama dengan kabupaten lain. Itu harus dibuat penataan maksimal,” ucapnya.
“Saya nggak tahu apakah Disbudpar sudah punya pemetaan atau tata laksana atau penataan untuk destinasi se – Bangka Barat. Kalau sudah ada bagus lah, tinggal nanti dikombinasikan, termasuk rutenya,” sambung wanita asal Kecamatan Mentok ini.
Yang tidak kalah penting menurut dia, bila berbicara pariwisata maka aspek 3A
( Atraksi, Aksesibilitas dan Amenitas) juga harus dipersiapkan.
Dia menilai aksesibilitas seperti jalan ke Bakit sudah lumayan bagus. Tapi Atraksi belum ada, juga Amenitas masih seadanya.
“Atraksi belum ada, saya belum identifikasi di Parittiga itu ada nggak kebudayaan atau atraksi budaya seperti Perang Ketupat ( Tempilang). Tapi katanya mereka ada acara Rabu Kasan mungkin September. Saya berharap bisa datang di acara itu. Terakhir amenitas, itu masih seadanya dan kalau kita katakan untuk menunjang destinasi ya memang belum cukup lah,” tutup Masrura. ( SK )