BANGKA — Yanto (45) sudah tak mampu berbicara lantang. Kini Nada bicaranya terbata-bata dan terdengar sayup.
Warga Dusun Ranggan Desa Belo Laut, Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat, kesulitan berbicara sejak tumor ganas menggerogoti bagian gusi kiri Yanto sejak setahun lalu.
Duda beranak dua ini di vonis mengidap tumor ganas Mandibula Sinistra. Tumor tersebut terus menggerogoti, sehingga membuat gusi Yanto membengkak dan membusuk. Tumor yang kian menjalar, memaksa Yanto sulit berkata-kata. Bahkan kini, dirinya juga kesulitan makan dan mengunyah.
Sehelai handuk dan kain panjang, menjadi teman setia Yanto. Kedua benda tersebut, hampir setiap hari dikenakan Yanto, agar luka dan infeksi gusinya tidak kemasukan debu.
Berangam upaya telah di lakukan Yanto dan keluarga. Mulai dari pengobatan medis maupun tradisional. Namun, upaya tersebut belum membuahkan hasil. Kini Yanto hanya bisa pasrah dan mengharap uluran tangan para dermawan. Terlebih, Yanto dan keluarga mengalami keterbatasan biaya.
Pasca digerogoti tumor, tubuh pria 45 tahun itu lusuh dan menyusut. Tak ada aktifitas berarti yang dilakukan Yanto, pasca diserang tumor ganas. Hari-hari pria yang beprofesi sebagai sopir truk ini lebih banyak berdiam diri di rumah.
Beruntung Yanto punya keluarga yang setia merawat dan menjaganya. Sejak mengidap tumor, Yanto tinggal dan di rawat di kediaman kakak iparnya Dedi. Tanpa pamrih, Dedi dan keluarga besarnya tulus merawat dan menjaga Yanto, walau sudah bercerai dengan adik kandungnya.
Di rumah semi permanen ini, Yanto tinggal dan menempati sebuah kamar. Tak ada fasilitas menonjol di kamar berukuran 4×4 meter yang ditenpati Yanto.
Sehelai kasur busa dan karpet plastik menemani hari-hari Yanto. Sejumlah toples plastik, termos, mangkong, botol aqua, mangkok dan piring menghiasi kamar Yanto.
Dihadapan sejumlah awak media, Yanto berusaha tegar. Perlahan ia menceritakan awal mula dirinya terjangkit tumor tersebut. Menurut Yanto tumor tersebut diidapnya kurang lebih hampir satu tahun.
Yanto awalnya mengalami sakit gigi. Lalu ia bermaksud mengobati sakit gigi tersebut menggunakan bawang putih. Bawang putih yang telah dikupas, lalu di masukkan ke lubang gigi dan gusi Yanto. Namun bukan sembuh dan membaik, gusi dan pipi Yanto justru menjadi infeksi dan membengkak.
” Awalnya saya sakit gigi. Lalu lobang-lobang pada gigi itu saya tampal pakai bawang putih. Sejak kejadian itu, gusi saya mulai infeksi dan membengkak,” ujar Yanto, Jumat (16/6/2017)
Sementara kakak ipar Yanto, Dedi mengatakan, Pasca kejadian tersebut, kondisi Yanto kian memburuk. Tumor kian menjalar dan membesar. Pihak keluarga kemudian membawa Yanto ke RSUD Sungailiat.
Menurut diagnosis klinis dr. Linda Fatrisia, Sp.PA dari Laboratorium Patologi Anatomi RSUD Sungailiat, pembengkakan gusi tersebut disebabkan serangan tumor ganas Mandibula Sinistra.
Keterbatasan biaya membuat Yanto, hanya menjalani pengobatan alakadarnya. Kartu Jaminan Kesehatan Rakyat (Jamkesra) yang ia miliki, belum mampu memfasilitasi dan mengobati penyakit yang diidapnya.
Selain di RSUD Sungailiat, Yanto juga sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Sejiran Setason Muntok, namun tak kunjung ada perubahan.
Yanto kemudian di rujuk, ke RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang menggunakan Jamkesra. Namun mirisnya, baru tiga hari mendapat perawatan, Yanto kembali dipulangkan dengan dalih tidak ada lagi kamar dan ruang perawatan.
Di Palembang, Yanto dan keluarga di tampatkan di rumah singgah milik pemkab Babar. Namun, hampir satu bulan menetap di Palembang, Yanto tak kunjung mendapat perawat. Keluargapun akhirnya memilih pulang ke Muntok.
” Kami menilai, mereka tidak serius, mungkin karena kami menggunakan Jamkesra. Tiga hari sampai Palembang kami pulang lagi ke Bangka, karena alasan tidak ada kamar. Disana mereka hanya ditempatkan di rumah singgah. Hampir sebulan tak kunjung dipanggil akhirnya kami pulang lagi,” keluhnya.
“BERHARAP ADA ULURAN TANGAN DERMAWAN”
BANGKAPOS.COM, BANGKA — Yanto dan keluarga hanya bisa pasrah dan berdoa. Himpitan ekonomi memaksa duda dua anak ini bertahan dari penyakit tumor ganas.
Tak sedikit waktu, energi dan pikiran yang dikorbankan Yanto dan keluarga. Tak terkecuali mengorbankan harta benda, berharap Yanto lepas dari belenggu tumor ganas tersebut.
Namun hampir satu tahun berlalu, penyakit tumor tersebut kian mengganas. Bahkan sudah menjadi gumpalan daging. Kini Yanto dan keluarga sudah kehabisan akal.
Ikhtiar, berdoa menjadi satu-satunya cara Yanto bertahan melawan penyakit ganas sembari, berharap adanya perhatian dan uluran tangan, pemerintah daerah.
Selain pemerintah Yanto dan keluarga juga berharap adanya uluran tangan para dermawan.
” Untuk saat ini kami dan keluarga hanya bisa ikhtiar dan berdoa. Semua usaha telah dilakukan. Kini kami hanya berharap adanya perhatian dan bantuan dari pemerintah,” harap Dedi kaka ipar Yanto.